Kamis, 16 Februari 2012

LENGKAPNYA SEPI

Lama tidak dengar kabarmu, bagaimanakah kamu sekarang? Semoga kamu dijaganya baik, jangan sampai percuma melepas aku. Jauh dariku bukan berarti tanpa tertawa. Meski ia tidak selucu aku, janganlah jatuh air matamu. Meninggalkan aku sendiri di sini kan seharusnya bukan pilihan untuk bersedih sepanjang hidup. Semangatlah untuk membuat dirimu mencintainya!

Memang sesekali aku coba mencinta dengan mencium, mendobrak pintu hatiku dengan kecupan. Namun apa mau dikata, malah luka perasaan orang. Apa cinta yang meledak-ledak menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi hantaman keras, kudengarnya bagai namamu.

Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, hanya tak sedalam kamu mengenal aku. Kamu lebih dari masa lalu, seperti pahlawan yang tidak mungkin hanya karena ada luka kecil, dapat terlupakan perjuangannya. Jika ada sejuta mulut yang menyoraki aku berengsek, aku percaya kamu tetap memiliki suara sendiri. Itulah! Sesekali memang aku suka berkata bodoh, membencimu karena jauh. Sebab menyakitkan, kamu hadir untuk kuingat, seperti datang untuk berpamit. Terkadang ini yang membuatku berharap cemas, di mana kiranya keseluruhanku dapat rubuh, sehingga dari atas panggung aku terjatuh, kemudian mendarat di pangkuanmu. Sekarang setelah semuanya ingin kumulai sendiri, tiap kepingku telah menjelma menjadi nyawa dan memberi hidup bagi tiap kata yang melengkapkan sepi setiap orang.

Selasa, 15 November 2011

Kadang-kadang aku membenci diriku karena terlalu mencintainya

Kadang-kadang aku membenci diriku karena terlalu mencintainya, dulu. Padahal telah kupagari hatiku demikian tinggi, hingga tak seorangpun mampu masuk dan mencurinya. Tapi ia pejuang yang gigih. Dengan logika-logika yang sempurna (dan tentu saja cinta yang manis!), ia bahkan membuatku sukarela membukakan pintu untuknya!
Kau tahu, tak seorang pun bisa jatuh cinta ketika tak ada yang mencintainya. Ia (pernah) mencintaiku, melebihi apa pun yang dicintainya. Dan itu yang membuat ‘melepaskan’ ini begitu berat. Menemukan orang yang bisa mencintaimu seperti yang kau mau itu susah. Tapi ketika seseorang mencoba mencintaimu seperti yang kau mau, seluruh hatimu luruh dalam kebahagiaan. Itu penghargaan dan kasih sayang terbaik yang pernah diberikan seorang kekasih kepada yang dicintainya. Tapi seperti yang kau tahu, dalam cinta kebahagiaan itu bersifat sementara. Sisanya adalah penderitaan memungut kepingan-kepingan hati yang patah oleh harap yang berlebihan.
Tidak, aku tidak sedang ingin mengubah paradigma kalian tentang cinta. Jatuh cintalah, nikmati momen-momen emosional itu. Adalah lebih baik merasakan sedikit cinta, daripada tak merasakan apa-apa sama sekali. Penyakit tak kan melemahkan tubuhmu, perasaan hampalah yang membunuh. Dan tepat disaat kau merasa telah sepenuhnya memahami cinta lalu tiba-tiba ia membuatmu jatuh, jangan kecewa. Jangan pula mengutuknya. Tak ada yang salah dalam jatuh cinta, yang salah adalah harapan-harapan kita yang berlebihan.
Percayalah, kadang-kadang aku membentak hatiku sendiri yang terlalu lemah. Membukakan pagar untuk orang yang aku tahu hanya akan mencuri hatiku, lagi. Tapi siapapun yang dicintai olehnya kurasa akan dengan sukarela mengundangnya masuk. Dan bodohnya adalah aku mengundangnya memasuki setiap ruang di hatiku yang sebelumnya tak kuijinkan seorang pun masuk. Di ruangan tempat aku menyimpan rapi semua mimpi-mimpiku (kadang-kadang membiarkannya mengubah beberapan tumpukannya), di ruangan gelap rasa sakit (dimana ia tiba-tiba menyalakan lampu), ia bahkan membantuku menaiki tangga-tangga yang semakin menjulang setiap kali aku merasa takut. Dan ruang rahasia itu, tempat aku bercakap-cakap dengan diriku sendiri. Ia memiliki hatiku sepenuhnya dan ia tahu itu. Ia hanya lupa menjaganya.
Kupikir aku telah benar-benar memahami cinta, sampai aku mencintainya dan mulai merasakan rasa sakit yang luar biasa. Awalnya pertengkaran-pertengkaran kecil, yang masih bisa diselesaikan dengan kecupan di kening atau sebuah pelukan. Tapi pertengkaran-pertengkaran itu kemudian berubah menjadi badai yang mengkaramkan perahu-perahu mimpi.
Kau tak bisa melawan patah hati, tapi kau masih bisa bangun di pagi hari, menahan nyeri, sambil minum kopi.
Kadang-kadang aku membenci diriku karena terlalu mencintainya, dulu.
BALASAN UNTUK ORANG YG JATUH CINTA DIAM-DIAM <3

Diam, katanya emas. Jika memang begitu, harusnya orang yang jatuh cinta diam-diam praktis menjadi orang terkaya di dunia. Aku tahu! Mengapa jatuh cinta diam-diam tak kunjung membuat pelakunya kaya? Karena ‘emas’ yang di dapat karena diamnya habis digerogoti rasa penasaran dan kelelahan menebak-nebak.

Sesungguhnya benak orang yang jatuh cinta diam-diam adalah benak yang paling cerewet. Dalam pikirannya, orang yang jatuh cinta diam-diam akan terus berceloteh, bertanya, dan lagi, menebak. Mungkin terlihat tak ada lelahnya. Tetapi sebenarnya tak ada yang pernah menginginkan itu, hanya saja tak ada yang kuasa ketika itu menimpa dirinya.

Pertanyaan demi pertanyaan terus saja menghiasi pikiran. Aku, juga pernah jatuh cinta diam-diam. Kurang atau lebihnya, aku selalu bertanya.

“Apakah dia tahu kalau aku sering memandanginya bahkan ketika dia melakukan aktivitas sekecil apa pun?”

“Apa dia pernah melihatku, menyadari keberadaanku? Atau aku begitu tak nyata?”

“Pernahkah sedikit saja terlintas dalam pikirannya tentang aku?”

“Mengapa dia mengenakan baju dengan warna seperti warna kesukaanku?”

“Mengapa dia menyanyikan lagu favoritku di lorong kelas tadi?”

“Ah, bagaimana bisa dia bercerita ke temannya baru saja menonton film yang sudah berkali-kali aku tonton karena aku sungguh menyukainya?”

“Apakah dia punya perasaan yang sama denganku?”

Jumat, 28 Oktober 2011

MAUKAH KAMU?

Aku sayang kamu,
Entah dengan cinta, aku kurang tahu atau mungkin bisa disebut kurang peduli, apakah benar aku mencintaimu atau tidak, ah peduli apa dengan itu…

Yang aku tahu, aku menikmati semuanya...
Caramu membuatku tersenyum, tertawa, bahkan ketika kau tak sadar membuatku menangis, bersedih dan merindu…

Lalu ketika aku mulai memikirkanmu, maka akan muncul pertanyaan-pertanyaan tak terduga yang jarang aku bisa menemukan jawabnya…
Dan sekarang, bolehkah aku menanyakan beberapa pertanyaan padamu?

*tolong bayangkan kau sedang menatap kedua mataku saat kau membaca ini dan hendak menjawabnya…*


Maukah kamu memberikan satu tanganmu untuk selalu menggenggam erat tanganku, dan tangan satunya untuk membelai rambutku?

Maukah kamu bersama-sama denganku menggoreskan warna-warna baru dalam lembaran kisah hidupku yg selama ini abu-abu?

maukah kamu berjanji untuk tetap tinggal ketika semua orang (mungkin saja) meninggalkanku?

Maukah kamu berjanji untuk tetap menjadi dirimu sendiri, seperti ini, tetap mencintai aku, biarpun dunia dan seluruh isinya berubah?

Maukah kamu mebimbingku layaknya seorang ayah dengan penuh kasih sayang dan sedikit kecemasan memegang erat tangan putri kecilnya yang sedang belajar berjalan?

Maukah kamu menjadi orang yang pertama kali mengulurkan tangan dan membantuku berdiri ketika aku terjatuh? mengecup lembut lututku yang mungkin saja berdarah atau meniup mataku yang kemasukan debu karena kecerobohanku?

Maukah kamu menjadi orang terakhir yang aku pandangi wajahnya sebelum tidur sekaligus menjadi orang pertama yang kulihat setelah bangun tidur keesokan harinya?

Dreamcatchers

Do you remember the day you used to pick me up from campus,
And went to a several places for dinner?
And do you remember when I said "Don't Go",
A couple days before you went back to your academy?

Please stay a little longer.
Longer, than ever.

One day,
I will watch you soar.
But will you watch me?
Watch me take a good care of your children.

Do you know,
The moment when I said "Dont Go"
My heart is crying.
But I know that my heart is begging for something which is impossible to do.

When I watched you slowly disappear at the airport,
My heart tore in two.
When I arrived at home and looked around and you weren't there,
I described myself as a ghost.

Please, for one day,
Dont ever leave this bed, this house, our world.
Seize yourself for me.
Lock yourself for a day.

Tell me that you need me because I love you so much.
Say you never leave me because I need you so much.
Assure me that you wont go anywhere.
Give me years to keep you in me because I dont want to lose you, again.

Senin, 09 Mei 2011

PERTEMUAN


Mungkin seperti ini "kalau kita berjodoh, kita pasti bertemu kembali." Berjodoh dengan siapa--entah. Tapi pasti ada pertemuan.

Kehilangan akan membuatmu atau siapapun bertemu dengan orang lain. Jadi sebenarnya sepanjang hidup—sepanjang perjalanan, selama masih bernafas. Kita tidak pernah sekalipun kehilangan. Sekali lagi pernyataan ini kedengaran pongah. Bukankah kepongahan itu membuat kita berani berjuang.

Berduka sepanjang waktu bukanlah solusi ketika kehilangan. Karena sebenarnya kehilangan membawa kepada pertemuan yang lain. Jodoh yang lain. Yang mungkin selintas bertemu, tidak pernah diketahui. Inilah kejutan hidup itu sendiri, jika sudah lama tidak mengalaminya: ijinkanlah hidup mengejutkanmu.

Yang paling tidak dimengerti adalah jalan laki-laki dan jalan seorang gadis, ini menjadi misteri kehidupan. Tak ada yang bisa memecahkannya kecuali kemurahan dari hidup itu sendiri. Maka sampai di sini, penyesalan akan kehilangan itu semacam sia-sia. Karena toh tidak ada yang pernah kehilangan. Kehilangan yang satu akan membawa kepada pertemuan yang lain, begitupun selanjutnya.

Lalu berhati-hatilah dengan pertemuan yang satu akan membawa kepada kehilangan yang lain..

Selama hidup, proses yang seakan tertebak melainkan tidak ini akan tetap berjalan. Lalu berakhir ketika manusia mati—tidak pernah berakhir. Karena kematian adalah awal dari kehidupan itu sendiri. Layaknya kita eling. Sepantasnya tidak mengabaikan kemurahan hidup yang telah diberi oleh sang pencipta hidup itu sendiri.

Berjodoh mungkin urusan Tuhan. Urusan lainnya adalah melakukan pertemuan yang satu kepada pertemuan yang lain. Untuk urusan orang yang tepat itu hanya kemurahan. Jangan terlalu pongah untuk hal ini karena selalu ada ketidaksempurnaan. Lalu apa hakmu untuk menjadi penuntut orang lain harus sempurna.

Terlalu banyak tahu mengenai misteri kehidupan pun tidak seru. Sebagai makhluk yang paling kecil, hendaknya berserah kepada yang sempurna itu—yang akhirnya membawa kepada pertemuan. Tidak masalah dengan siapapun. Ketika bertemu suatu hari nanti, itu adalah hari yang dipercaya, hari yang disiapkan, hari yang tidak direncanakan menurut pikiran. Hanya terjadi begitu saja, mengalir.

Sampai di sini, tak usahlah menebak-nebak. Biarkanlah ia berjalan dengan semestinya. Natural. Semisterius mungkin. Dan bersiaplah untuk dikagetkan.

Hari dimana kau dipertemukan—mungkin adalah hari dimana kau lupa pernah kehilangan panjang. Dengan siapa—entah.

Minggu, 08 Mei 2011

*Mungkin sakit hati itu adalah ketidakmampuan untuk mengampuni*.

Suatu ketika saya pernah menulis begini di status twitter. Mengaku sedang sakit hati itu butuh keberanian. Bukan hanya sekedar mengaku kepada diri sendiri, tapi bagaimana suatu hari nanti bisa mengobrol dengan seseorang yang telah atau pernah membuatmu sakit hati—itu persoalan yang mungkin juga tidak gampang.

Biasanya ketika sakit hati, respon saya bisa sangat pahit—entah itu karena memang saya terlalu lama menyimpan marah, menyimpan tersinggung, atau menyimpan benci. Mereka kemudian mengendap di dalam hati saya—beku di sana. Ketika ada yang menyinggung kembali, kebekuan yang belum selesai tadi akan menjadi sesuatu.

Saya pernah bilang kalau saya menyukai kopi hitam kental. Saya suka kopi hitam yang tidak terlalu manis karena akan menghilangkan rasa pahitnya. Tapi memang pada dasarnya, merasakan sesuatu yang pahit itu akan membuatmu merasa bersyukur akan hadirnya rasa manis—kenapa dari sakit hati langsung loncat ke kopi, karena begini: ketika kita memutuskan untuk sakit hati, sebenarnya kita memutuskan untuk menyimpan pahit.

Efek lain yang saya rasa ketika menyimpan pahit adalah saya berubah menjadi sangat galak—aslinya saya memang galak, ya begitulah, beberapa orang yang dekat dengan saya sangat tahu hal itu. Tapi yang terjadi adalah kali ini saya begitu galak terhadap hal-hal yang saya sendiri tidak paham. Saya sendiri tidak bisa berbohong kalau sedang galak. Paling tidak hal ini akan kelihatan dari status-status saya.

Bisa jadi tulisan galak berasal dari hati yang sedang pahit. Atau perkataan galak berasal dari hati yang sedang pahit. Mungkin begitu, lagi-lagi ini hanya kesimpulan dungu saya.

Hingga suatu hari, saya pernah menulis satu posting yang tadinya saya pikir hendak saya publish—ah, bagi saya menulis dengan jujur itu begitu hakiki. Dan tentu saja, ketika saya baca tulisan itu saya terkaget-kaget sendiri. Karena saya begitu galak.

Di hari itu juga, selesai mandi dan hendak berkemas-kemas. Tiba-tiba saya diingatkan tentang seseorang, bahkan inisialnya saja tidak mau—tidak perlu saya sebutkan di sini. Lalu suara di dalam hati saya begitu keras dan bilang begini “ampuni dia. Tak usah publish tulisan yang tadi kamu buat.” “Tapi kenapa?” saya bertanya—sedikit keras kepala. “Ampuni saja dia, Beta. ” Kata suara itu lagi. Sejujurnya, saya tidak mau—belum mau.

Tapi yang saya lakukan adalah saya menundukkan kepala dan berbisik pelan..

Saya ampuni, kamu.”

Apapun yang saat ini ada di hati, tidak segera reda juga. Tapi yang pasti, tulisan yang saya sengaja buat untuknya, tidak jadi saya publish. Semoga tidak sekarang ataupun nanti.